Anda mungkin sudah tidak sabar menantikan film Wicked Part 1 (2024) yang dirilis pada November 2024. Film ini, yang disutradarai oleh Jon M. Chu, sukses menggabungkan genre film drama , fantasi, serta musikal. Dengan durasi 160 menit, Wicked mengangkat kisah Elphaba, penyihir berkulit hijau yang dijuluki Wicked Witch of the West, dan Glinda, penyihir berhati baik yang mendapat julukan Good Witch of the North. Sejak dirilisnya versi panggung Wicked di Broadway, publik telah terpesona oleh cerita, musik, dan koreografinya yang memikat. Melalui adaptasi layar lebar, Wicked : Part 1 (2024) diharapkan bisa menghadirkan pengalaman sinematik yang lebih kaya, terutama bagi Anda yang menggemari film-film penuh imajinasi dan lagu-lagu indah.
Sejak awal, Wicked dikenal karena menyajikan perspektif baru terhadap legenda The Wizard of Oz. Di balik dongeng klise antara “penyihir jahat” dan “penyihir baik,” terdapat sebuah kisah yang manusiawi: perjuangan, penerimaan, hingga persahabatan yang terbentuk dari pemahaman mendalam akan latar belakang dan tujuan masing-masing. Dalam tulisan ini, kita akan membedah setiap aspek yang membuat Wicked : Part 1 (2024) pantas untuk ditunggu, mulai dari sejarah latar belakang hingga kritik dan pujian yang telah beredar.
Mari kita mulai dengan menelusuri setiap poin penting yang akan membuat Anda semakin yakin bahwa film ini bukan sekadar tontonan biasa, melainkan sebuah fenomena kultural yang harus Anda saksikan.
Sejarah Latar Belakang Film Wicked Part 1 2024
Kisah Wicked diadaptasi dari novel Wicked: The Life and Times of the Wicked Witch of the West karya Gregory Maguire yang terbit pada tahun 1995. Novel ini mengusung sudut pandang alternatif, menyoal bagaimana sosok “penyihir jahat” dari kisah The Wizard of Oz sesungguhnya memiliki alasan-alasan pribadi, politik, maupun moral yang kompleks. Ide inilah yang diadaptasi ke panggung Broadway pada tahun 2003 dalam bentuk musikal berjudul Wicked, dengan lagu-lagu gubahan Stephen Schwartz.
Sukses besar di panggung Wicked menjadi salah satu musical terlaris dan terlama di Broadway—memotivasi Hollywood untuk membuat versi film. Setelah melalui proses panjang (termasuk perdebatan tentang siapa yang layak menyutradarai dan memerankan tokoh-tokoh utama), akhirnya Jon M. Chu, yang dikenal lewat film Crazy Rich Asians dan In the Heights, ditunjuk untuk mengarahkan proyek ini. Dengan reputasi yang kuat dalam mengemas musikal menjadi tontonan visual menggugah, Jon M. Chu diharapkan dapat menciptakan adaptasi film yang setia pada esensi panggungnya namun tetap relevan untuk penonton modern.
Menariknya, film Wicked Part 1 (2024) akan menjadi bagian pertama dari dua film. Hal ini dilakukan untuk memberi ruang lebih dalam mengeksplorasi cerita, karakter, dan terutama lagu-lagu legendaris Wicked. Tentu saja, strategi ini juga memungkinkan penonton merasakan keseruan yang berkelanjutan, serupa dengan tren film dua bagian yang belakangan semakin populer.
Dengan latar belakang yang penuh prestasi ini, Wicked : Part 1 (2024) akan menjadi salah satu sorotan utama di industri perfilman tahun depan. Adaptasi ini tidak hanya menambah daftar panjang film musikal sukses, tetapi juga berpeluang menjadi tonggak penting dalam perkembangan sinema fantasi-musikal ke depannya.
Sinopsis Film Wicked 2024
Dalam Wicked : Part 1 (2024), Anda akan bertemu Elphaba (diperankan oleh Cynthia Erivo), seorang gadis cerdas namun kerap dipandang sebelah mata karena warna kulit hijaunya. Ia bertemu dengan Glinda (diperankan oleh Ariana Grande), sang penyihir yang populer dan dicintai di Universitas Shiz. Awalnya, keduanya saling bersaing karena latar belakang yang kontras: Elphaba yang terisolasi dan kerap menjadi objek diskriminasi, sementara Glinda kerap menjadi pusat perhatian dengan keanggunannya.
Pertemuan dan dinamika keduanya di Universitas Shiz menjadi pintu masuk pada masalah-masalah sosial yang dihadapi Negeri Oz. Diskriminasi, hierarki sosial, dan intrik politik merambah ke dalam kehidupan kampus, menimbulkan ketegangan yang menyulut berbagai konflik. Melalui beberapa insiden yang menguji kepercayaan diri dan tekad mereka, Elphaba dan Glinda justru menyadari adanya benih persahabatan di antara mereka.
Seiring waktu, persahabatan itu tumbuh, tetapi tidak selalu mulus. Pengaruh eksternal seperti aturan ketat dari Madame Morrible (diperankan oleh Michelle Yeoh), desas-desus tentang identitas asli Elphaba, serta tekanan sosial dari masyarakat Oz, membuat hubungan keduanya sering berada di ujung tanduk. Dari sini, film Wicked : Part 1 (2024) memotret bagaimana dua penyihir muda menghadapi tantangan yang menguji moralitas, kepercayaan diri, dan kebijaksanaan mereka.
Bagi Anda yang sudah mengenal The Wizard of Oz, film ini akan menjelaskan bagaimana Elphaba akhirnya dicap sebagai “penyihir jahat.” Namun, melalui narasi khas Wicked, Anda akan dibawa untuk memahami sisi kemanusiaan yang menuntunnya pada pilihan-pilihan hidup yang seringkali keliru dipersepsikan.
Setting Unik di Negeri Oz
Negeri Oz, yang digambarkan penuh warna dan magis, tak hanya menjadi panggung bagi berbagai karakter aneh dan menawan, tetapi juga menjadi cerminan masyarakat yang kompleks. Berbeda dengan versi The Wizard of Oz tahun 1939 yang klasik, Wicked : Part 1 (2024) menawarkan detail setting yang lebih modern dan megah. CGI, set design, dan tata pencahayaan yang canggih dimanfaatkan untuk memperkuat kesan bahwa Oz adalah dunia di mana keajaiban adalah bagian keseharian.
Universitas Shiz, misalnya, ditampilkan sebagai kampus bergaya gothic-victorian dengan sentuhan warna cerah, memberikan kesan kontras antara nuansa ilmiah dan magis. Lorong-lorong kampus yang panjang, perpustakaan kuno berisi buku-buku sihir, hingga asrama mahasiswa yang dihiasi objek-objek aneh, semua menjadi latar yang kaya untuk interaksi antara Elphaba dan Glinda.
Tak ketinggalan, beberapa lokasi ikonis dari buku dan musikal—seperti Emerald City—juga diperkaya dengan detail sinematik. Emerald City ditampilkan megah dan berkilauan, menekankan kedigdayaan sang Penyihir (Wizard) di pusat pemerintahan Oz. Keindahan ini bukan hanya menghadirkan efek visual memukau, tetapi juga menyoroti kontrasnya antara gemerlap kemegahan dan ketidakadilan sosial yang masih tumbuh subur di balik tembok kota.
Dengan penggarapan setting sebaik ini, Wicked : Part 1 (2024) berupaya menghadirkan pengalaman sinematik yang imersif, sehingga Anda benar-benar merasa seolah-olah ikut mengembara di Negeri Oz. Ini menjadi salah satu alasan mengapa film ini sangat dinantikan: kita semua ingin menyaksikan bagaimana visualisasi fantastis ini diterjemahkan dari panggung Broadway ke layar lebar dengan teknologi film modern.
Pendalaman Karakter Elphaba & Glinda
Elphaba bukan sekadar tokoh yang “berkulit hijau.” Ia adalah personifikasi dari sosok yang terpinggirkan oleh masyarakat. Sejak kecil, ia kerap diberi label negatif karena penampilannya. Namun, di balik itu semua, ia memiliki bakat sihir yang luar biasa dan hati yang tulus. Film ini berupaya menunjukkan transformasi Elphaba yang awalnya pemalu, menjadi sosok tegas yang terpaksa memikul label “penyihir jahat” demi memperjuangkan apa yang ia anggap benar.
Glinda, di sisi lain, memiliki kepribadian dan latar belakang yang hampir berlawanan. Sebagai penyihir “baik” yang populer, Glinda terbiasa mendapat pujian dan perhatian. Namun, melalui interaksinya dengan Elphaba, kita akan melihat sisi rentan dan keinginan tulus Glinda untuk melakukan kebaikan. Transformasi Glinda mencakup belajar dari kesalahannya sendiri, menghadapi prasangka, dan menilai ulang definisi “kebaikan” yang selama ini ia anut.
Ariana Grande dan Cynthia Erivo memikul tanggung jawab besar dalam memerankan kedua karakter ini. Keduanya tidak hanya harus menyanyikan lagu-lagu kompleks dengan nada tinggi, tetapi juga membangun chemistry yang alami dan menyentuh hati. Berbagai laporan dari balik layar menyebutkan bahwa mereka benar-benar menjalani latihan intens untuk menjiwai setiap adegan dan lagu. Jika mereka berhasil menyalurkan emosi yang tepat, maka penonton akan bisa merasakan langsung “denyut nadi” persahabatan Elphaba-Glinda yang menjadi jantung cerita Wicked.
Persahabatan Tidak Terduga
Pada mulanya, hubungan Elphaba dan Glinda diwarnai ketegangan dan gesekan. Elphaba kerap kesal dengan polesan glamor Glinda, sedangkan Glinda menganggap Elphaba membosankan dan aneh. Namun, keduanya menemukan titik temu saat sama-sama menghadapi diskriminasi, tekanan sosial, dan perbedaan pendapat di Universitas Shiz.
Proses “cairnya” hubungan mereka diceritakan dengan cerdik melalui beberapa momen ikonik, seperti adegan “Popular” di musikal Broadway. Glinda mencoba mengubah penampilan Elphaba, sementara Elphaba mencoba mengajak Glinda untuk lebih peka terhadap isu-isu ketidakadilan di sekitarnya. Dari situlah mereka mulai memahami bahwa masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi.
Namun, jalan persahabatan tak selalu mulus. Konflik besar muncul ketika Elphaba menyadari ada konspirasi politik yang melibatkan pihak-pihak berkuasa di Oz. Mengingat Glinda sudah dekat dengan kalangan istana, Elphaba meragukan apakah Glinda benar-benar siap berdiri di sampingnya atau justru akan meninggalkannya demi mempertahankan citra “penyihir baik.” Di sinilah ketegangan antara kepentingan pribadi, persahabatan, dan cita-cita kebaikan mengaduk-aduk emosi kedua karakter—dan tentunya penonton.
Penuturan yang penuh nuansa inilah yang membuat Wicked : Part 1 (2024) memiliki kedalaman emosional berbeda dibanding dongeng tradisional “baik lawan jahat.” Film ini mengajak kita menilai ulang definisi “jahat” dan “baik,” bahwa terkadang batas antara keduanya tidaklah setegas yang kita bayangkan.
Tema & Pesan Moral
Salah satu daya tarik terbesar Film Wicked Part 1 adalah kemampuannya mengeksplorasi tema-tema universal seperti identitas, penerimaan, kekuasaan, dan kebaikan. Elphaba adalah simbol individu yang berjuang melawan stigma akibat penampilannya. Ia dipaksa untuk menyembunyikan bakat dan potensi diri hanya karena masyarakat menganggapnya “berbeda.”
Glinda menampilkan sisi lain: bagaimana menjadi bagian dari kelompok mayoritas “diterima” tidak otomatis membuat seseorang benar-benar bahagia. Kadang, tuntutan sosial untuk selalu tampil sempurna bisa mengekang ekspresi diri yang sejati. Melalui relasi Elphaba dan Glinda, film ini mengajarkan pentingnya membuka pikiran, memeriksa prasangka, serta mencari kebenaran dengan keberanian.
Bagi penonton remaja, tema ini sangat relevan. Keinginan untuk diterima, tekanan teman sebaya, dan kebutuhan untuk mengekspresikan diri seringkali berbenturan dengan norma yang ada. Wicked : Part 1 (2024) menegaskan bahwa kebaikan sejati tidak selalu berasal dari mereka yang terlihat sempurna, dan bahwa “kejahatan” bisa jadi hanyalah salah paham atas tindakan seseorang yang sesungguhnya berniat baik.
Visual Efek dan Sinematografi Memukau
Untuk menghadirkan pengalaman yang maksimal, Jon M. Chu bekerja sama dengan tim efek visual dan sinematografi kelas dunia. Proses pembuatan film ini memanfaatkan teknologi mutakhir, termasuk pemodelan 3D untuk berbagai makhluk fantasi dan latar belakang digital. Paduan warna-warna cerah dengan tone gelap dipilih untuk memberikan kesan kontras antara keceriaan dunia magis dan sisi kelam politiknya.
Pergerakan kamera juga dirancang agar penonton bisa merasakan skala besar dari Negeri Oz. Adegan-adegan musikal, misalnya, banyak menggunakan long shots dan tracking shots untuk menampilkan koreografi massal. Kita akan melihat bagaimana ratusan pemeran figuran, kostum flamboyan, serta properti panggung yang megah bersinergi dalam satu adegan.
Setiap detail, mulai dari cahaya lampu di Emerald City hingga sapuan kain jubah Elphaba saat terbang, dipoles sedemikian rupa agar setiap momen terasa nyata namun tetap fantastis. Bagi Anda yang menyukai tontonan visual menakjubkan, film ini jelas menempati posisi wajib di daftar harus tonton. Dalam konteks film musikal-fantasi, Wicked : Part 1 (2024) berpeluang melanjutkan tradisi epik yang pernah dibawa oleh film-film seperti Beauty and the Beast (2017) atau Aladdin (2019).
Elemen Musik & Koreografi
Tak bisa dipungkiri, Wicked merupakan salah satu musikal panggung paling populer di abad ke-21. Lagu-lagunya seperti “Defying Gravity,” “Popular,” dan “For Good” telah menjadi anthem di kalangan penggemar teater musikal. Kini, dengan adaptasi film, musik dan koreografi dari Wicked akan dihidupkan kembali dengan skala produksi yang lebih besar dan detail sinematik yang lebih kaya.
Komponis Stephen Schwartz dikabarkan kembali terlibat untuk memastikan sentuhan musik di layar lebar tidak kehilangan kekuatan aslinya. Beberapa lagu mungkin mengalami aransemen ulang, menyesuaikan format sinematik. Koreografer pun berupaya menampilkan gerakan tarian yang tetap meriah namun memungkinkan penonton lebih fokus pada ekspresi wajah para pemain, agar emosi setiap karakter tersampaikan dengan jelas.
Bila Anda menggemari film-film musikal, Wicked : Part 1 (2024) akan menjadi suguhan istimewa. Alunan orkestrasi yang megah, paduan suara yang dramatis, serta gerakan tarian yang sinkron disusun secara hati-hati agar penonton tidak hanya menonton, tetapi juga “merasakan” setiap nada dan langkah dalam cerita ini.
Durasi & Perkembangan Alur Cerita
Dengan panjang 160 menit, Wicked : Part 1 (2024) berpotensi membuat sebagian orang khawatir akan tempo yang lambat atau cerita yang terasa bertele-tele. Namun, di sinilah kecerdikan tim produksi memainkan peran. Alur cerita dibagi ke dalam beberapa babak, menyoroti perjalanan karakter secara bertahap.
Pada paruh pertama, fokus akan tertuju pada pembentukan dinamika antara Elphaba dan Glinda di Universitas Shiz, lengkap dengan kejutan-kejutan kecil yang membuat keduanya mau tak mau semakin dekat. Paruh kedua mulai menampakkan intrik politik di Emerald City dan bagaimana Elphaba—karena jiwa kepemimpinannya—mulai terlibat konflik dengan pihak-pihak berkuasa. Momentum-momentum kunci, seperti transformasi Elphaba menjadi “penyihir jahat” dan penegasan identitas Glinda sebagai “penyihir baik,” ditempatkan pada titik-titik strategis sehingga penonton diajak naik-turun emosi secara dinamis.
Berakhirnya film Part 1 juga diposisikan sebagai awal dari konflik lebih besar yang akan diulas pada Part 2. Dengan demikian, 160 menit akan berlalu tanpa terasa. Penonton justru akan penasaran bagaimana kelanjutan persahabatan Elphaba dan Glinda, serta bagaimana nasib Negeri Oz ke depannya.
Peran Penting Para Artis
Ariana Grande sebagai Glinda mungkin sudah bisa diprediksi oleh penggemar karena kemampuan vokalnya yang luar biasa, ditambah kepribadian popstar-nya yang gemilang. Namun, perannya sebagai Glinda memintanya untuk tampil lebih “manja” dan lincah daripada sosok aslinya. Ini membutuhkan penyesuaian karakter yang cukup signifikan.
Cynthia Erivo sebagai Elphaba adalah kejutan menyenangkan lain. Ia memiliki rekam jejak gemilang di dunia teater, termasuk memenangkan Tony Award. Kualitas vokalnya yang kuat diperlukan untuk membawakan lagu-lagu epik Wicked, terutama “Defying Gravity” yang jadi klimaks musikalnya. Tidak hanya itu, Erivo juga harus mampu menampilkan sisi rapuh dan tegas Elphaba—dua hal yang paradoks namun saling melengkapi.
Michelle Yeoh sebagai Madame Morrible pun menambah daya tarik film ini. Pengalaman Yeoh di berbagai genre—mulai dari aksi hingga drama—membuatnya lihai memerankan tokoh misterius yang penuh intrik. Madame Morrible, yang menjadi jembatan antara Universitas Shiz dan kekuasaan di Emerald City, butuh sentuhan akting yang elegan sekaligus licik. Kehadiran Yeoh membuat sosok ini semakin berwibawa.
Dengan gabungan bakat akting dan musikal dari para pemain, kehadiran mereka menjadi salah satu pondasi kuat Wicked : Part 1 (2024). Bagi yang sudah akrab dengan versi panggung, Anda akan menemukan interpretasi segar dari para aktor ini. Bagi yang baru mengenal Wicked, penampilan mereka bisa menjadi alasan kuat untuk jatuh cinta pada kisah dua penyihir dari Oz ini.
Intrik Politik di Negeri Oz
Selain persahabatan, film ini juga menggambarkan bagaimana dunia sihir di Oz tidak seindah yang tampak. Ada kebijakan diskriminatif, rahasia gelap pemerintah, dan manipulasi informasi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu. Tokoh “Wizard” yang di mata rakyat Oz dianggap sebagai pemimpin agung, ternyata menyembunyikan agenda pribadi yang merugikan banyak pihak.
Elphaba, karena kepeduliannya pada kaum lemah dan bawah, semakin terlibat dalam labirin politik yang berbahaya. Ia menyaksikan bagaimana orang-orang seperti Madame Morrible merekayasa opini publik, menebar kebohongan untuk menyingkirkan ancaman potensial. Ketika Elphaba mencoba melawan, ia langsung dicap sebagai “jahat,” satu stigma yang mudah dilekatkan pada dirinya karena penampilan fisiknya.
Inilah akar konflik yang memperdalam ketegangan cerita. Pertarungan Elphaba bukan cuma soal membela diri, melainkan memerangi sistem yang tak adil. Di sisi lain, Glinda pun terjebak dalam dilema: akankah ia tetap bergandengan tangan dengan Elphaba, atau memilih jalur aman bersama kekuasaan? Cerita politik ini membuat Wicked : Part 1 (2024) relevan dengan isu-isu dunia nyata, menegaskan bahwa di balik fantasi ada cermin yang memperlihatkan realitas sosial kita.
Mengapa Film Ini Layak Ditunggu?
Ada sejumlah alasan kuat mengapa Wicked : Part 1 (2024) akan menjadi perbincangan hangat:
- Adaptasi Musikal Legendaris: Versi Broadway-nya telah mendunia, diakui dengan berbagai penghargaan dan rekor penjualan tiket.
- Sutradara Berpengalaman: Jon M. Chu piawai dalam mengemas drama musikal (lihat In the Heights), menjanjikan paduan antara visual dan musik yang memuaskan.
- Pemeran Bertalenta Tinggi: Ariana Grande, Cynthia Erivo, dan Michelle Yeoh, masing-masing memiliki kekuatan vokal dan akting yang istimewa.
- Kekuatan Cerita: Wicked menghadirkan kompleksitas moral dan tema relevan, menjadikannya lebih dari sekadar cerita “penyihir baik vs penyihir jahat.”
- Produksi Berskala Besar: Efek visual, koreografi, dan musik akan disajikan dengan sentuhan modern, memanjakan penonton yang rindu tontonan epik di layar lebar.
Secara keseluruhan, Wicked : Part 1 (2024) memadukan semua elemen yang dibutuhkan untuk sebuah film musikal-spektakuler. Bagi yang sudah membaca novel, menonton musikal, atau sekadar menyukai The Wizard of Oz, film ini adalah jawaban atas kerinduan akan cerita penuh makna dan visual yang menawan. Sedangkan bagi pendatang baru, Wicked bisa menjadi gerbang masuk ke dunia teater musikal yang memesona.
Kritik & Pujian Awal
Meski belum resmi dirilis, beberapa “bocoran” dan test screening (bila ada) biasanya menjadi acuan bagi pengamat film. Sejauh ini, antusiasme besar ditunjukkan oleh penggemar teater musikal yang menantikan adaptasi layar lebarnya. Kritikus pun memberikan pujian pada keberanian studio memecah film menjadi dua bagian, meski ada pula yang skeptis bahwa dua bagian bisa jadi bertele-tele jika tidak dieksekusi dengan cermat.
Beberapa orang khawatir tentang improvisasi yang mungkin terjadi pada lagu-lagu klasik. Apakah akan tetap setia dengan aslinya, atau justru membuat perubahan radikal yang tidak diinginkan? Namun, mengingat Stephen Schwartz terlibat langsung dalam penggarapan musik, kekhawatiran ini sedikit teredam.
Selalu ada ruang untuk kritik, entah dari segi pemilihan aktor, interpretasi cerita, atau penambahan plot baru. Namun, mengingat rekam jejak tim produksi, tampaknya Wicked : Part 1 (2024) akan mampu menyeimbangkan ekspektasi penggemar setia dan penonton baru.
Baca Juga : Saksikan Perjuangan Odysseus 20 Tahun Setelah Perang Troya, Dalam Film Return 2024
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
- Kapan tepatnya film ini dirilis?
Film Wicked Part 1 (2024) dijadwalkan rilis pada November 2024 di Amerika Serikat. Tanggal pasti bisa berubah, tergantung kebijakan distributor. - Apakah film ini cocok ditonton anak-anak?
Meskipun memuat tema dewasa seperti diskriminasi dan politik, Wicked dikemas dalam format yang cukup ramah keluarga. Namun, sebaiknya orang tua tetap mendampingi agar anak bisa memahami pesan moralnya. - Apakah lagu-lagu versi Broadway akan tetap ada di film?
Sebagian besar lagu ikonik dari versi panggung akan dipertahankan, dengan penyesuaian aransemen agar cocok untuk format film. Stephen Schwartz terlibat untuk menjaga keotentikan musikalnya. - Mengapa film ini dibagi menjadi dua bagian?
Cerita Wicked cukup panjang dan padat, sehingga pembagian menjadi dua bagian memungkinkan eksplorasi karakter dan plot lebih mendalam tanpa harus memangkas elemen penting. - Apakah perlu menonton The Wizard of Oz dahulu sebelum menonton Wicked : Part 1 (2024)?
Tidak wajib. Wicked adalah kisah latar yang berdiri sendiri, meskipun akan lebih kaya pemahaman jika Anda tahu sedikit latar belakang cerita Oz. -
Bagaimana reaksi awal penggemar musikal?
Kebanyakan merasa antusias dan optimistis, terutama karena tim produksi menjanjikan adaptasi yang setia pada esensi Wicked, tapi dengan sentuhan inovatif untuk layar lebar.